Senin, 11 November 2013

Candi Borobudur keajaiban dunia??


Sejak sekolah dasar kita selalu mengenal candi Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia. Dari penelusuran yang saya baca ternyata candi Borobudur memang warisan budaya dunia tetapi ternyata tidak tercantum sebagai salah satu keajaiban dunia.  

Jakarta (ANTARA News) -  percaya atau tidak dari pencarian di mesin pencari Google secara sekilas ternyata jawabannya adalah tidak. Situs-situs yang mengklaim bahwa Borobudur termasuk "Tujuh Keajaiban Dunia" sebagian besar ditulis oleh orang Indonesia.

Merujuk pada situs Wikipedia, Borobudur memang tidak termasuk dalam tujuh keajaiban dunia. Pada beberapa situs lainnya pun tidak semuanya mencantumkan nama Candi Borobudur.

Bahkan pada situs wonderclub.com, Borobudur dianggap sebagai keajaiban yang terlupakan "The Forgotten Wonders". Seperti juga pada situs dari profesor teknik sipil University of South Florida, Borobudur ditempatkan pada kategori Forgotten Wonder bersama beberapa peninggalan bersejarah dunia lainnya.

Seperti diketahui, peninggalan yang masuk pada kategori "yang terlupakan" itu biasanya adalah situs yang kurang dikenal oleh para sejarawan dan arsitek dunia.

Barangkali, masyarakat di tanah air sudah saatnya menyadari fakta bahwa sedari dulu Candi Borobudur memang tidak dikenal sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada literatur internasional.

Hanya saja sejak dulu bangsa Indonesia menyebutnya dalam buku-buku pelajaran di sekolah-sekolah sebagai "Tujuh Keajaiban Dunia" (versi indonesia).

Namun, meski begitu, Candi yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng) hingga saat ini tetap masih diakui sebagai warisan budaya dunia.

Borobudur tetap dianggap "ajaib" meski hasil 'polling' sebuah lembaga swasta di Swiss tidak lagi memasukkan candi Dinasti Syailendra itu sebagai 'keajaiban dunia'.

Candi Budha paling terkenal itu dibangun pada abad ke-8 hingga abad ke-9 Masehi yang dibangun terbagi dalam tiga bagian, yaitu dasar piramida dengan teras datar konsentris, stupa yang penutupnya terdiri dari tiga platform sirkular, dan puncaknya berupa stupa monumental.

Candi Borobudur sudah mulai dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa. Candi itu tersusun dari kurang lebih 55.000 M3 batu yang dipahat dan bila relief-relief di Borobudur disusun berderet, maka panjangnya bisa mencapai 2900 meter.

Pantas bila kemudian "kompetisi" pemilihan keajaiban dunia yang diadakan Bernard Weber itu memunculkan banyak reaksi keras terutama dari UNESCO dan beberapa negara yang memiliki warisan budaya yang dinilai ajaib tetapi tidak termasuk dalam daftar tujuh keajabian dunia yang dihasilkan dari pemilihan tersebut, misalnya saja Mesir yang memiliki Piramid.

UNESCO secara tegas menanggapi tidak memiliki keterkaitan apapun dalam proses dan hasil pemilihan tujuh keajaiban dunia baru itu.

Banyak pihak menganggap sistem pemilihan tujuh keajaiban dunia itu tidak layak dan tidak valid karena hasil didapatkan hanya berdasarkan voting layaknya sebuah acara reality TV show.

Kebesaran peninggalan sejarah amat tidak layak bila hanya ditentukan dari sebuah voting tanpa ada kriteria-kriteria tertentu yang ilmiah dan obyektif dalam menilainya.

Seperti diketahui, UNESCO sendiri tidak terpaku pada patokan jumlah keajaiban dunia sebanyak tujuh. Organisasi dunia itu hanya memberikan istilah ?World Heritage? (peninggalan -sejarah/kebudayaan- dunia).

Dosen sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sumargono, mengatakan, kriteria 'polling' yang dilakukan melalui inisiatif pribadi Bernard Weber tersebut tidak begitu jelas dan belum bisa dijadikan patokan.

"Yang pasti, UNESCO masih mengakui Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia," katanya.

Kredibilitas 'polling' tersebut memang perlu dipertanyakan karena kriterianya tidak jelas.

Meski demikian, kata dia, hasil 'polling' itu setidaknya bisa menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan Candi Borobudur sebagai warisan budaya dunia dan tetap menjaga kelestarian candi Budha tersebut.

 
Nah, bagi kita penerus bangsa, penerus generasi Indonesia dari bacaan di atas kita bias lebih paham tentang pentingnya menjaga dan betapa sulitnya menjaga. Karena potensi budaya di Indonesia sangat banyak tapi selalu hilang perlahan di telan waktu. Itu semua karena kurangnya perhatian oleh kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar