Sabtu, 27 April 2013

Memenangkan Globalisasi


Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia.

Ada pula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi.

Munculnya globalisasi yang mendunia, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap aspek kehidupan bangsa. Sehingga masyarakat sulit untuk menyaring perkembangan teknologi yang muncul. Untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat sendirilah yang harus pintar-pintar menyikapinya. Dengan menyesuaikan kondisi dan kebutuhan yang ada dan jangan memaksakan budaya luar yang sulit diterima oleh masyarakat. Maka dari itu, perlu ditanamkan sikap kecintaan terhadap budaya sendiri dan menanamkan nilai-nilai pancasila.

Jadi, menurut saya cara untuk memenangkan globalisasi adalah dengan cara memberi tontonan televisi yang dapat membuka fikiran masyarakat akan dunia luar agar masyarakat Indonesia berhenti berfikir kolot dan mau belajar dari Negara luar yang dapat kita ambil nilai positifnya demi kemajuan Negara kita sendiri. Tentu saja kita ambil yang baik dan tidak keluar dari moral adat dari Negara kita ini karena tidak semua budaya atau ilmu dari barat itu jelek.


Wayang Kresna



Kresna adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagaiawatara (inkarnasiDewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam beberapa tradisi perguruan Hindu, misalnya Gaudiya Waisnawa, ia dianggap sebagai manifestasi dari kebenaran mutlak, atau perwujudan Tuhan itu sendiri, dan dalam tafsiran kitab-kitab yang mengatasnamakan Wisnu atau Kresna, misalnya Bhagawatapurana, ia dimuliakan sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. 

Dalam Bhagawatapurana, ia digambarkan sebagai sosok penggembala muda yang mahir bermain seruling, sedangkan dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.

Kisah-kisah mengenai Kresna muncul secara luas di berbagai ruang lingkup agama Hindu, baik dalam tradisi filosofis maupun teologis. Berbagai tradisi menggambarkannya dalam berbagai sudut pandang: sebagai dewa kanak-kanak, tukang kelakar, pahlawan sakti, dan Yang Mahakuasa. Kehidupan Kresna dibahas dalam beberapa susastra Hindu, yaitu MahabharataHariwangsaBhagawatapurana, danWisnupurana.

Pemujaan terhadap dewa atau pahlawan yang disebut Kresna—dalam wujud BasudewaBalakresna atau Gopala—dapat ditelusuri sampai awalabad ke-4 SM. Pemujaan Kresna sebagai Swayam Bhagawan, atau Tuhan Yang Mahakuasa, yang dikenal sebagai Kresnaisme, muncul pada Abad Pertengahan dalam situasi Gerakan Bhakti. Dari abad ke-10 M, Kresna menjadi subjek favorit dalam seni pertunjukan. Tradisi pemujaan di masing-masing daerah mengembangkan berbagai macam wujud/aspek Kresna seperti Jagadnata di OrissaWitoba di Maharashtra danShrinathji di Rajasthan. Sekte Gaudiya Waisnawa yang terpusat pada pemujaan kepada Kresna didirikan pada abad ke-16, dan sejak tahun1960-an juga telah menyebar di Dunia Barat, sebagian besar disebabkan oleh organisasi Masyarakat Internasional Kesadaran Kresna
Kata kṛṣṇa dalam bahasa Sanskerta pada dasarnya merupakan kata sifat yang berarti "hitam", "gelap" atau "biru tua". Kata tersebut berhubungan dengan kata čьrnъ (crn, 'hitam') dalam rumpun bahasa Slavia. Sebagai kata benda feminin, kata kṛṣṇā digunakan dengan makna "malam, hitam, kegelapan" dalam kitab suci Regweda, dan sebagai iblis atau jiwa kegelapan dalam mandala (bab) IV Regweda. Untuk nama diri, kata Kṛṣṇa muncul dalam mandala VIII sebagai nama seorang penyair. Sebagai salah satu nama Wisnu, kata "Kṛṣṇa" terdaftar sebagai nama ke-57 dalam kitab Wisnu Sahasranama (Seribu Nama Wisnu). Berdasarkan nama tersebut, Kresna seringkali digambarkan dalamarca dengan kulit hitam maupun biru.

Kresna juga dikenal dengan berbagai macam nama, julukan, dan gelar, yang mencerminkan berbagai atribut dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Dalam kitab Mahabarata dan Bhagawadgita, Kresna disebut dengan berbagai nama, sesuai karakteristiknya. Beberapa nama tersebut diantaranya: Acyuta (yang kekal; teguh); Arisudana (penghancur musuh); Bagawan (Yang Mahakuasa); Gopala (pelindung sapi); Gowinda (penggembala sapi); Hresikesa (penguasa indria); Janardana (juru selamat umat manusia); Kesawa (yang berambut indah); Kesinisudana (pembunuh raksasaKesi); Madawa (suami dewi keberuntungan); Madusudana (pembunuh raksasa Madhu); Mahabahu (yang berlengan perkasa); Mahayogi (rohaniwan agung); Purusottama (manusia utama, yang berkepribadian paling baik); Warsneya (keturunan Wresni); BasudewaWisnuYadawa (keturunan Yadu); Yogeswara (penguasa segala kekuatan batin).
Di antara berbagai namanya, yang terkenal adalah Gowinda, "penggembala sapi", atau Gopala, "pelindung para sapi", merujuk kepada pengalaman masa kecil Kresna di Braj. Beberapa nama lainnya dianggap penting bagi wilayah tertentu; misalnya, Jagatnata (penguasa alam semesta), terkenal di Puri, India Timur.

Kresna dapat dikenali secara mudah dengan mengamati atribut-atributnya. Dalam wujud arca, Kresna digambarkan berkulit hitam atau gelap, atau bahkan putih. Dalam budaya pewayangan Jawa, Kresna digambarkan berkulit hitam, sedangkan di Bali, ia digambarkan berkulit hijau. Dalam penggambaran umum misalnya lukisan modern, Kresna biasanya digambarkan sebagai pemuda berkulit biru. Warna hitam merupakan warna DewaWisnu menurut konsep Nawa Dewata, sedangkan biru melambangkan keberanian, kebulatan tekad, pikiran yang mantap dalam menghadapi situasi sulit, serta kesadaran yang sempurna. Warna biru juga melambangkan langit dan laut, masing-masing bermakna luas dan dalam yang membentuk suatu ketidakterbatasan, sama halnya seperti Wisnu.
Dia seringkali tampil dengan dhoti (semacam kemben) berbahan sutra berwarna kuning, melambangkan cahaya yang melenyapkan kegelapan. Kepalanya dihiasi mahkota dengan bulu merak, melambangkan galaksi berwarna-warni dalam kegelapan, atau pusat energi di atas indria. Penggambaran umum biasanya menampilkannya sebagai anak kecil, atau seorang lelaki dalam gaya santai, sedang memainkan seruling. Dalam wujud ini, ia biasanya ditampilkan berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Kadangkala ditemani para sapi, menegaskan posisinya sebagai penggembala ilahi (Govinda). Dalam agama Hindu, sapi dianggap suci karena melambangkan Ibu Pertiwi.

Peran Kresna sebagai kusir kereta Arjuna di medan perang Kurukshetra, seperti yang tergambar dalamwiracarita Mahabharata, adalah subjek umum lain dalam penggambaran Kresna. Dalam hal ini, ia ditampilkan sebagai sosok pria, seringkali dengan karakteristik dewa-dewi dalam kesenian Hindu, misalnya banyak lengan maupun kepala, dan dengan atribut Wisnu, misalnya cakra. Sebagai seorang kusir biasa, ia ditampilkan dengan dua lengan. Lukisan gua dari masa 800 SM di MirzapurUttar Pradesh, India Utara, yang menampilkan pertempuran kusir-kusir kereta kuda, salah satu di antaranya tampak akan melemparkan cakram yang kemungkinan besar dapat dikenali sebagai Kresna.
Penggambaran dalam kuil seringkali menampilkan Kresna sebagai seorang pria yang berdiri tegak, dalam gaya formal. Dapat ditampilkan sendirian, dapat pula dengan figur terkait dengannya: Balarama (Baladewa — kakaknya) dan Subadra (saudari tirinya), atau istrinya yang utama yaitu Rukmini dan Satyabama.
Seringkali Kresna digambarkan bersama dengan kekasihnya dari kaum gopi (wanita pemerah susu), Radha. Sekte Waisnawa di Manipur tidak memuja Kresna saja, tetapi juga aspeknya sebagai Radha Krishna, kombinasi antara Kresna dan Radha. Hal ini juga merupakan karakteristik dari aliranRudra Sampradaya dan Nimbarka sampradaya, demikian pula aliran kepercayaan Swaminarayan. Tradisi tersebut memuliakan Radha Ramana, yang dipandang oleh pengikut Gaudiya sebagai wujud Radha Krishna.
Kresna juga digambarkan dan dipuja sebagai anak kecil (Balakresna), dengan posisi merangkak atau menari, biasanya dengan mentega di tangannya. Perbedaan di masing-masing daerah tentang penggambaran Kresna dapat teramati dalam wujudnya yang bermacam-macam, misalnya Jagadnata di OrissaWitoba di Maharashtra dan Shrinathji di Rajasthan.


Globalisasi VS Perdukunan


Pada era globalisasi seperti sekarang ini pasti kita sudah sangat jarang mendengar kata “dukun” atau perdukunan. Yah walau jarang mendengar tapi kita pasti sudah paham dukun atau perdukunan itu apa, karena memang hal tersebut sangat familiar untuk orang Indonesia. Mulai dari dukun pelet, sampai dukun beranak. Semua pasti pernah mendengar dan tau maksudnya.

Tapi pada masa sekarang ini hal terseut sudah jarang atau bahkan sudah tidak pernah terdengar karena sudah banyak orang yang berpindah ke modernisasi atau globalisasi yang lebih percaya dengan hal-hal ilmiah atau lebih percaya dengan ilmu kedokteran. Globalisasi yang memaksa orang sekarang berfikir lebih dengan logika sehingga sudah banyak yang menghindari hal-hal yang berbau dengan perdukunan, ditambah dengan ajaran umat muslim yang mengharamkan untuk pergi ke dukun menambag semakin banyaknya orang yang menghindari perdukunan.

Walau pun pada zaman globalisasi seperti sekarang ini sudah sangat banyak orang yang tidak percaya bahkan tidak perduli dengan perdukunan, tetapi nyatanya untuk orang-orang ibu kota yang gila akan jabatan atau yang frustasi akan penyakit yang dideritanya yang sudah lama di derita dan sulit disembuhkan, memaksa mereka untuk memberi pilihan untuk pergi keperdukunan atau dukun.

Karena memiliki keinginan yang tingga dan menurut mereka itu sulit di realisasikan maka banyak yang mengesampingkan agama dan memaksa diri mereka keperdukunan. Mereka merasa dilumpuhkan logikanya disaat pergi ke dukun. Dipakasa memenuhi syarat yang tidak masuk akal oleh sang dukun demi keinginannya tercapai, dan mereka tetap mengikuti syarat sang dukun.
Oleh karena itu, di era globalisasi ini sebaiknya kita sudah benar-benar berubah baik pola piker atau perbuatan kea rah yang lebih modern, karena sebenarnya jika difikirkan dengan logika, segala hal yang berhubungan itu tidak masuk akal. Tidak sedikit cerita dari berita di televise bahwa banyak Korban perdukunan yang dirugikan oleh praktek dukun tersebut.

Minggu, 14 April 2013

Direct speech

Direct Speech

6. he said," i live on seventh avenue now"
answer : he said that he had lived on seventh avenue then.

 9. Tina said," im looking forward to having you as a rommate
answer : she said that she was looking forward to having me as a rommate

Rabu, 03 April 2013

Kebijakan Daerah 2/3 Air


 Jika saya menjadi pemimpin di wilayah yang 2/3 nya adalah air maka saya akan melakukan kebijakan-kebijakan seperti dibawah ini :

1.      Saya akan mengutamakan kebersihan lingkungan pada daerah yang 2/3 nya adalah air. Maka tujuan utama dalam misi dan visi kepemimpinan Saya di daerah tersebut adalah mengutamakan kebersihan airnya kemudian lingkungan sekitarnya.

2.      Berikutnya Saya akan memanfaatkan lingkungan yang 2/3 nya adalah air sebagai jalur transportasi yang ramah lingkungan. Seperti menggunakan perahu atau kapal.

3.      Selain dimanfaatkan sebagai sarana transportasi yang ramah lingkungan, maka Saya akan membagi beberapa bagian wilayah air tersebut, sebagian sebagai jalur transportasi dan sebagian lainnya sebagai mata pencaharian seperti di jadikan tambak atau pembudidayaan ikan.

Solo The Spirit Of Java!



Sudah sangat lama saya sudah berencana ingin liburan ke kampung halaman. Tetapi baru liburan semester 1 kemarin saya sempat untuk berlibur kesana. Ya, seperti judulnya, Solo.

Solo adalah daerah kelahiran ibu saya. Beliau tinggal dan besar disana sebelum pergi merantau ke Jakarta. Sedangkan saudara dan kakek nenek saya masih disana. Oleh karena itu berlibur kesana sangat saya impikan sejak lama karena kesibukan orang tua saya yang sudah sulit untuk pulang kampong seperti dulu. Sehingga saya memutuskan kesana seorang diri.

Dengan bermodal tiket kereta ekonomi seharga Rp 40.000 (kurang lebih seingat saya) saya pergi ke solo sendirian. Karena saya pergi seorang diri, kewaspadaan saat didalam kereta lebih saya tingkatkan karena banyak sekali modus kejahatan yang sulit diterka dan sulit dipercaya. Saya menaruh tas ransel saya di atas tempat menaruh tas dan barang-barang. Saya menaruh barang penting seperti dompet, handphone, dan sebagainya di kantung jaket dada saya. Sehingga saya merasa lebih aman dan nyaman dalam perjalanan yang dapat dikatakan jauh ini.

Sepanjang perjalanan yang terlihat hanya kemacetan jalanan Jakarta, dan kepadatan lalu lintas, penduduk, dan rumah yang sangat berdesakan. Baru setelah melewati karawang pandangan itu pun berubah menjadi pemandangan yang asri, sejuk, karena dikanan kiri adalah pemandangan luas bentangan sawah hijau. Sungguh perbedaan yang sangat kontras dengan di Jakarta.

Dengan kewaspadaan tinggi sampai larut malam saya menahan kantuk akhirnya esok pagi saya tiba di stasiun purwosari solo. Karena keadaan masih pagi dan sulit kendaraan akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan jasa taksi di sekitar stasiun. Setibanya di rumah nenek sambutan yang saya terima sangat membingungkan karena memang saya tidak memberitahu bahwa saya akan ke solo, jadi nenek saya antara percaya dan tidak melihat saya sampai di kediamannya.

Saya berada di solo selama 7 hari waktu setempat atau 1 minggu. Selama disana saya menyempatkan untuk mengunjungi daerah wisata yang sering diperbincangkan atau terkenal disana. Seperti air terjun grojogan sewu, atau menikmati dingin dan sejuknya puncak gunung di tawang mangu.

Aku Suka Nasi Goreng




Bahan-bahan :
* 4 piring nasi putih
* 200 gram udang, kupas, belah dua, garami, goreng
* 100 gram daging kepiting/rajungan, rebus, tumis dengan mentega
* 1 dada ayam, rebus, suwir-suwir dagingnya
* 4 butir telur, buat mata sapi
* 2 sendok makan mentega
* 2 sendok teh puree tomat
* ketimun dan tomat secukupnya

Bumbu :
* 6 buah cabai merah, rebus, buang bijinya
* 10 buah bawang merah
* 1 cm terasi
* 1 sendok teh gula pasir
* 2 sendok teh garam

Cara Membuat Nasi Goreng :
1. Tumis bumbu halus dengan mentega, tuangkan 2 sendok makan air serta puree tomat. Tambahkan daging ayam, aduk rata. Masukkan nasi, masak sampai matang.
2. Hidangkan nasi goreng dengan menaruh di atasya kepiting, udang goreng, telur mata sapi, irisan ketimun dan tomat agar lebih special.