Sabtu, 27 April 2013

Globalisasi VS Perdukunan


Pada era globalisasi seperti sekarang ini pasti kita sudah sangat jarang mendengar kata “dukun” atau perdukunan. Yah walau jarang mendengar tapi kita pasti sudah paham dukun atau perdukunan itu apa, karena memang hal tersebut sangat familiar untuk orang Indonesia. Mulai dari dukun pelet, sampai dukun beranak. Semua pasti pernah mendengar dan tau maksudnya.

Tapi pada masa sekarang ini hal terseut sudah jarang atau bahkan sudah tidak pernah terdengar karena sudah banyak orang yang berpindah ke modernisasi atau globalisasi yang lebih percaya dengan hal-hal ilmiah atau lebih percaya dengan ilmu kedokteran. Globalisasi yang memaksa orang sekarang berfikir lebih dengan logika sehingga sudah banyak yang menghindari hal-hal yang berbau dengan perdukunan, ditambah dengan ajaran umat muslim yang mengharamkan untuk pergi ke dukun menambag semakin banyaknya orang yang menghindari perdukunan.

Walau pun pada zaman globalisasi seperti sekarang ini sudah sangat banyak orang yang tidak percaya bahkan tidak perduli dengan perdukunan, tetapi nyatanya untuk orang-orang ibu kota yang gila akan jabatan atau yang frustasi akan penyakit yang dideritanya yang sudah lama di derita dan sulit disembuhkan, memaksa mereka untuk memberi pilihan untuk pergi keperdukunan atau dukun.

Karena memiliki keinginan yang tingga dan menurut mereka itu sulit di realisasikan maka banyak yang mengesampingkan agama dan memaksa diri mereka keperdukunan. Mereka merasa dilumpuhkan logikanya disaat pergi ke dukun. Dipakasa memenuhi syarat yang tidak masuk akal oleh sang dukun demi keinginannya tercapai, dan mereka tetap mengikuti syarat sang dukun.
Oleh karena itu, di era globalisasi ini sebaiknya kita sudah benar-benar berubah baik pola piker atau perbuatan kea rah yang lebih modern, karena sebenarnya jika difikirkan dengan logika, segala hal yang berhubungan itu tidak masuk akal. Tidak sedikit cerita dari berita di televise bahwa banyak Korban perdukunan yang dirugikan oleh praktek dukun tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar