Terlihat dari kejauhan sesosok wanita yang cantik anggun
tapi sederhana. esa memandang wanita itu penuh takjub. Sudah sejak lama esa
mengagumi ita bidadari dikelasnya. Mereka sekarang kuliah di universitas swasta
dan sudah semester 3. Esa adalah sesosok laki-laki biasa saja yang hanya berani
mengagumi ita yg begitu indah dimatanya.
Esa hanya berani menceritakaan apa yang dirasakannya kepada
teman dekatnya. Temannya selalu memberikan semangat bahkan memberi solusi agar
esa berani mendekati bahkan mengajaknya berbicara. Tetapi sifat pemalu esa yang
begitu besar mengalahkan motivasi temannya. Esa terlalu minder akan dirinya dan
penampilannya. Padahal esa adalah keturunan dari orang yang mempunyai kelebihan
harta, atau bias dibilang orang tuanya itu orang kaya. Tetapi kesehariaannya
selalu berpenampilan sederhana bahkan terlalu sederhana. Bahkan esa memiliki
kelebihan pada keterampilannya bermain alat music. Seperti gitar, piano ia
kuasai. Tetapi ia tetap tidak percaya diri karena penampilannya yang kurang keren
disbanding teman-temannya.
Pada suatu hari di saat esa sedang bermain melodi gitarnya.
Ia terpikirkan suatu nada yang sangat lembut bahkan menyejukkan hati. Ia
melanjutkannya dan mengarangnya untuk ita. Dengan segenap perasaannya lagu
indah itu pun tercipta. Tetapi setelah difikirkan kembali, esa tidak jadi
menyanyikan lagu itu untuk ita karena ia sangat malu malakukan itu. “bagaimana
kalau ita marah karena mengira aku punya perasaan lebih terhadapnya?” esa pun
mengurungkan niatnya untuk menyanyikan lagu itu untuk ita.
Sampai saat ini esa tidak berani untuk mendekati ita hanya
karena penampilannya yang kurang menarik itu.
Tetapi esa pun tidak menyadari betapa banyak kelebihannya yang tidak
dimiliki oleh teman-temannya yang mempunyai penampilan lebih menarik. Karena
sesungguhnya tuhan selalu mengganti kekuranganmu itu dengan beragam kelebihan
yang tidak dimiliki orang lain. Masalah itu lah yang saat ini menghinggapi
kalangan muda di Indonesia. Karena, sesungguhnya manusia adalah makhluk yang
tidak akan pernah puas. Tetapi tergantung kita bias mengganti “puas” itu
menjadi hal yg positif atau tidak. Karena jika tidak hanya akan membuat kita
terpuruk karena mengejar hal yang tidak aka nada batas, ujung, dan habisnya.
Nama : Rizky
Ardiyanto
Kelas : 2EA26
NPM : 16211369
Tidak ada komentar:
Posting Komentar